Kamis, 14 Januari 2010

RUKMA WIDYAJENTERA SUYITNO / 08521092

PUBLIK RELATION DALAM MEDIA MASSA

Ketika bicara peran dan posisi public relations (PR) masa kini, maka tak bisa dipisahkan dengan fenomena yang tengah terjadi saat ini. PR dan media ibarat dua sisi mata pisau. Kemana PR bergerak, disitu pula media ada. Itu sebabnya, ketika internet dinyatakan telah mendorong terjadinya gerakan media baru yang disebut social media, keberadaan PR pun lalu dipertanyakan. Mengapa? Karakter social media adalah mengedepankan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi terbuka dimana setiap orang mempunyai kesempatam untuk menyuarakan ide, pendapat, dan pengalaman mereka melalui media online khusus (blog atau website) ataupun jaringan online sosial, seperti Facebook, My Space, Blogger, You Tube, dan sebagainya. Dengan karakter seperti itu, berarti social media memiliki peran seperti PR. Media baru secara alamiah menggantikan sebagian besar tugas praktisi PR di dalam perusahaan. Kalau praktisi PR tidak cermat menyikapi diri, profesi mereka akan tergerus secara alami pula, Ini karena upayanya itu akan dilindas oleh keberadaan social media yang jelas lebih agresif, terbuka, transparan. Social media itulah yang akan membuka semua kedok yang ditutupi. Jika upaya praktisi PR dalam membangun citra positif perusahaan hanya dilakukan dengan bicara positif ke wartawan dan media massa. Jika mereka melakukan kegiatan-kegiatan corporate social responsibility yang standar dengan menulis advertorial di sebanyak-banyaknya di sebanyak mungkin surat kabar mengenai perilaku baik perusahaan, Yuswohady cemas, profesi PR benar-benar berada diambang kehancuran. sekarang telah mendorong praktisi PR melakukan reposisi diri. Ada tiga hal penyebabnya. Pertama, banyak perusahaan menghendaki aktivitas komunikasi mereka terpadu dengan kegiatan pemasaran, atau lebih dikenal dengan nama komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communications). Artinya, PR menjadi bagian dari marketing, sehingga ia pun terlibat dalam konsep dan eksekusinya. Praktisi PR memiliki target-target yang tak hanya pada upaya membangun citra, tetapi juga target-target terukur mendukung upaya pemasaran dan penjualan. Kedua, pemahaman komunikasi sudah berkembang jauh. Komunikasi bukan hanya diterjemahkan dengan hubungan satu arah, melainkan komunikasi yang terintegrasi, menggabungkan segala komponen, mulai dari public affairs, PR sampai dengan advertising. Akibatnya, kini praktisi PR terlihat lebih kreatif dalam menyajikan terobosan- terobosan yang efektif. Kenapa?Karena seiring perkembangan masyarakat, isu-isu yang dihadapi oleh klien juga semakin kompleks, sehingga strategi PR yang konvensional tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan, konsultan PR di pemerintah dan perusahaan swasta. praktisi PR dituntut untuk jeli dalam mengidentifikasi peluang dan "berani" mengambil manuver. Ketiga, era sekarang ini membuka mata praktisi PR terhadap cara komunikasi baru yang lebih sederhana, sepat, mudah, dan menjangkau sasaran luas. Pergerakan informasi yang transparan dan real time adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Dengan demikian, praktisi PR diharapkan tidak mengekor fenomena ini. Ia harus tetap berada di lini depan, thought leadership di bidang kehumasan dengan cara aktif terlibat dalam kegiatan social media, berpartisipasi dalam komunitas online, yang semuanya mengarah kepada tujuan membuka jalan komunikasi bagi klien-kliennya. Artinya, reposisi ini bukan hanya karena keadaan, tapi juga karena tuntutan dan kebutuhan klien- kliennya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar